Dalam budaya karo , banyak sekali ragam budaya ataupun upacara-pacara religious yang dilakukan dalam kehidupan seseorang. Adapun contohnya adalah : erpangir, mukul, mesur-mesuri, mbaba anak ku lau, ngembahken nakan, teraka, purpur sage, guro-guro aron / kerja tahun dll.
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Kamis, 18 Agustus 2016
TERAKA
Dalam budaya karo , banyak sekali ragam budaya ataupun upacara-pacara religious yang dilakukan dalam kehidupan seseorang. Adapun contohnya adalah : erpangir, mukul, mesur-mesuri, mbaba anak ku lau, ngembahken nakan, teraka, purpur sage, guro-guro aron / kerja tahun dll.
Guro - guro Aron
Guro-guro aron berasal dari dua kata, yaitu: guro-guro dan aron. Guro-guro berarti hiburan atau pesta, sedangkan aron berarti muda-mudi. Jadi guro-guro aron adalah suatu pesta muda-mudi yang dilaksanakan berdasarkan adat dan kebudayaan Karo, dengan memakai musik karo dan perkolong-kolong. Adapun perlengkapan musik karo yang dipakai untuk itu adalah: sarune, gendang (singindungi dan singanaki), gung dan penganak. Akan tetapi dewasa ini gendang guro-guro aron ini ada kalanya diiringi dengan keyboard. Sementara perkolong-kolong terdiri dari seorang perempuan dan seorang laki-laki yang menyanyi mengiringi aron (muda-mudi) menari. Menurut cerita sebelumnya dikenal dengan nama permangga-mangga, yang menyanyi dari satu desa ke desa lainnya.
- 1. Latihan Kepemimpinan (Persiapan Suksesi).
Maksudnya, bahwa dalam guro-guro aron, muda-mudi dilatih memimpin, mengatur, mengurus pesta tersebut. Untuk itu ada yang bertugas sebagai pengulu aron, bapa aron atau nande aron. mereka dengan mengikuti guro-guro aron ini dipersiapkan sebagai pemimpin desa (kuta) dikemudian hari.
- 2. Belajar Adat Karo.
Dalam melaksanakan guro-guro aron, muda-mudi juga belajar tentang adat Karo. Misalnya bagaimana cara ertutur, mana yang boleh teman menari, mana yang boleh menurut adat atau mana yang tidak boleh dilakukan dan lain-lain.
- 3. Hiburan.
Guro-guro aron juga berfungsi sebagai alat hiburan bagi peserta dan penduduk kampung. Malahan pada waktu itu penduduk kampung, dan tetangga kampung lain juga biasanya hadir.
- 4. Metik (tata rias).
Dengan diselenggarakannya guro-guro aron, maka muda-mudi, yakni anak perana dan singuda-nguda belajar tata rias (metik) guna mempercantik diri. Mereka belajar melulur diri, membuat tudung atau bulang-bulang dan lain sebagainya.
- 5. Belajar Etika.
Dalam melaksanakan guro-guro aron ini, anak perana dan singuda-nguda juga belajar etika atau tata krama pergaulan hidup dengan sesamanya.
- 6. Arena cari Jodoh.
Guro-guro aron juga dimaksudkan sebagai arena cari jodoh bagi anak perana dan singuda-nguda. Oleh karena itu adakalanya pelaksanaannya didorong oleh orang-orang tua, karena melihat banyak perawan tua dan lajang tua di kampungnya.
- 1. Pengulu Aron/Kemberahen aron.
Biasanya gendan guro-guro aron dipimpin oleh pengulu aron dan seorang kemberahen aron. Pengulu aron biasanya dipilih dari pemuda keturunan bangsa tanah (si mantek kuta), sementara kemberahen aron dipilih dari pemudi kuta anak kalimbubu kuta.
- 2. Si mantek guro-guro aron.
Yang disebut si mantek adalah pemuda atau pemudi dari satu dua yang ikut sebagai peserta/pelaksana guro-guro aron tersebut. si mantek guro-guro aron berkewajiban membayar biaya yang disebut adangen, sebesar yang telah ditentukan dalam musyawarah.
- 3. Pengelompokan aron.
Aron dikelompok menurut beru-nya masing-masing, misalnya aron beru Ginting, aron beru Karo, aron beru Perangin-angin, aron beru Seambiring, aron beru Tarigan. Si pemuda menyesuaikan tempat duduknya dengan kelompok pemudi itu, misalnya bere-bere Karo di aron beru Karo, bere-bere Sembiring di aron beru Sembiring, bere-bere Ginting di aron beru Ginting dan bere-bere Tarigan di aron beru Tarigan. ini untuk menjaga aturan adat, agar pasangan yang tidak boleh berkawin tidak boleh duduk dan menari bersama. aron dipimpin bapa /nande aron.
- 4. Kundulen guro-guro aron.
Adalah tempat duduk guro-guro ditempatkan pada salah satu rumah adat. Ini untuk menjaga sesuatu hal pelaksanaan guro-guro tidak dapat dilaksanakan di lapanangan (kesain). Untuk itu pengulu aron dan kemberahen aron datang minta izin kepada pemilik rumah.
- a. Gendang Adat
b. Landek Permerga-merga
c. Landek Aron
d. Landek Pekuta-kutaken
- 5. Tepuk dan ndehile.
Untuk mengakhiri guro-guro aron biasanya juga diakhiri dengan acara menari menurut adat, seperti pada poin (4), malahan dalam acara penutupan ini si erjabaten (pemusik) pun diberi kesempatan untuk menari.
Lagu perjabun, Lagu nganting manuk, Lagu pengantin karo
Lagu perjabun, Lagu nganting manuk, Lagu pengantin karo
Cipt. –
La kam percaya takandu tentenku
La kam percaya sungkunndu teman-temanku
C Dm G C
Dahin ku dahi lolo kerina itingku
Perban jadina teku kam itingku
Sambar temandu erkuan, ku cemburu
C G C
Palana enggo kita erkuan
Ula nai mama ginting kita sirang
Kuidah kena enggo ngadi ngalahku e
Em Am
F G C
Iting iting mama iting kena nge jantung hatiku
Kuja pe nande tigan e ras kena maka malem ateku
Teman asa metua
kuidah tutundu belo, puyuh-puyuhndu mbako
tertande bas tiang sapooo natap ate megogo
cawir kel kam metua nande
labo la sigegehi , bage denga maka banci
kami kerina anakku.. deba la bagi ukur
baleng-balengi bage rukur
ranting pe i berkisii kuarahken pudi nari
maler panasndu e.. rikutken iluh e
ngepkep kami anaknduuu... nande ningku nande
labo lit nampati... gia teta mesui
mberat si man jilenken, lalap la erkedungen
oh nandengku la man morahen
tangis kel aku sisada nginget aku la mbegiken kata
aloi min aku aloi ...ola tendu mesui
aku pagi inganndu metua , ibas susah senangna geluhta
terjeng bage ngenca ngasupku nande , morah ola morahi
Anak Mami
enggo kusura ia inganku ergani-gani
gia dahinnku gundari labo pegawai negeri
ku kelengi nge ia pagi segedang wari
ateku jadi tuhu lanai bo tersambari
ibas anakndu si sada e ateku jadi
labo pagi kusuruhi gia aku i rampangi
kekelengenku ku perjuangken sampai mati
si ugapana pe pagi rehna lanai ku sangsi
lawit si mbelang pe pagi ku kenengi
gelahna jumpa ras kena si kukelengi oh nande biring
ngayaki kena kugengken ngasa keri
g elahna kita duana cinta sejati cinta sampai mati
Singenan (Balasen Anak Mami)
ibas surandu aku inganndu ergani-gani
gia dahinndu gundari labo pegawai negeri
labo urak kel pagi ateku jadi
begi perpaler lau simalem kam ku kelengi
labo pernah kam pagi ku jingkali
adi harta banci i cari, adi rupa banci i pilihi
adi ate jadi tuhu lanai bo tersambari
enggo ku arapken ken kam pepagi siengkelengi
lawit si mbelang tuhu banci i kenengi
ateku jadi man bandu la tersibari oh mama biring
ngalah dagingndu aku pagi singkuningi
serbut ukurndu aku pagi si ngelayasi
masu-masu Dibata sangap encari jumpa bulan matawari
ateta ngena duana cinta sejati sirang mate pepagi
bagi kaba-kaba nandangi bunga
ateku keleng bage man bandu
bagi nande engkelengi anakna
nande bapa nggo tek man bandu
ula kel pagi i osarindu
ula pagi persilahangndu
ula kel pagi ergan sembung
asangken sekinna
ula kel pagi ergan serpi asangken kekelengen
turang mama biringku
sinuan-sinuan bide e kap sinjagaisa
emaka aloi aloi aloi kel aku
turang mama biringku
sanganp encari nde iting e
mabiring e pagi sinjagaisa
SISTEM PERNIKAHAN PADA MASYARAKAT KARO
- System endogami. Pada sistem ini seorang hanya diperbolehkan menikah dalam keluarganya sendiri. Contoh perkawinan seperti ini menurut Van Vollenhoven hanya terdapat di Toraja( Surojo Wingnjodipuro, 1973:152)
- Sistem eksogami. Pada sistem ini seorang diharuskan menikah dengan orang diluar merganya (klannya) atau keluarganya. Perkawinan demikian terdapat di daerah-daerah Gayo, Alas, Tapanuli, Minangkabau, Sumatera Selatan, Buru, Seram ( Surojo Wingnyopuro, 1973, 153).
- Sistem Eleutherogami Pada sistem ini tidak dikenal larangan atau keharusan menikah pada kelompok tertentu. Larangan-larangan yang ada hanyalah yang bertalian dengan ikatan darah atau kekeluargaan (keturunan) yang dekat. Sistem pernikahan ini terdapat di Aceh, Sumatera Timur, Bangka-Belitung, Kalimantan, Minahasa, Sulawesi Selatan, Ternate, Irian Barat, Timor, Lombok, dan seluruh jawa, Madura.
- Tidak berasal dari satu merga, kecuali untuk merga Perangin-angin dan Sembiring.
- Bukan mereka yang menurut adat dilarang untukberkawin karena erturang ( bersaudara), sepemeren, erturang impal.
- Sudah dewasa, dalam hal ini untuk mengukur kedewasaan seseorang tidak dikenal batas usia yang pasti, tetapi berdasarkan pada kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab memenuhi kebetuhan keluarga. Untuk laki-laki, hal ini di ukur dengan sudah mampu membuat peralatan rumah tangga, peralatan bertani, dan sudah mengetahui adat berkeluarga ( meteh mehuli). Sedangkan untuk perempuan hal ini di ukur dengan telah akil balik, telah mengetahui adat ( meteh tutur), dan sebagainya.
Perkawinan poligami biasanya terjadi karena :
Berdasarkan proses terjadinya, perkawinan dapat dibagi atas perkawinan senang sama senang ( karena percintaan) dan perkawinan atas prakarsa (peranan orang tua) yang biasanya terjadi karena mempertahankan hubungan kekelurgaan atau karena pihak perempuan telah hamil.
Berdasarkan status dari pihak yang berkawin maka perkawinan pada masyarakat pada masyarakat karo di bagi yaitu:
1. Ganci abu ( ganti tikar)
2. Lako man ( turun ranjang)
- Perkawinan mindo nakan Adalah suatu perkawinan antara seorang laki-laki dengan seroang perempuan bekas istri saudara ayahnya.
- Perkawinan mindo cina Adalah suatu perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan yang menurut tutur adalah neneknya
- Kawin mindo ciken Adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan bekas istri ayah/saudaranya, yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Hal ini terjadi pada zaman dahulu, dikarenakan seorang perempuan yang masih sangat muda dikawinkan dengan seorang laki-laki yang sudah tua; lalu di perjanjikan sebelumnya bahwa salah seorang dari putra/saudaranya sebagai ciken (tongkat) apabila suaminya kelak meninggal dunia. Alasan adanya perkawinan ini untuk kepentingan keluarga.
- Iyan Pada zaman dahulu bila seseorang mempunyai dua orang istri atau salah seorang diantaranya tidak/belum mempunyai putra (keturunan), di lain pihak salah seorang saudara suami itu belum mempunyai istri, lalu istri yang tidak berputra itu dialihkan/disahkan menjadi istrinya dengan harapan : - Tetap terpeliharanya hubungan kekeluargaan dengan pihak wanita. - Adanya harapan dengan suami baru itu, ia akan memperoleh keturunan. Contohnya Liat dalam Pustaka Kembaren dan cerita antara Pincawan dan Lambing (Sebayang). Inilah yang terjadi pada Sebayang dengan Pincawan dan Kembaren ( Sijagat) dengan Kembaren Perti.
- Ngalih, Adalah lako man kepada isteri abang ( Kaka)
- Ngianken, Adalah lako man kepada isteri adik ( agi)
Adalah perkawinan antara orang yang menurut tutur siwanita memanggil bengkila kepada suaminya. Didaerah karo langkat ini di sebut perkawinan piher tendi. Berdasarkan kesungguhan perkawinan, dikenal perkawinan sesungguhnya dan kawin gantung/simbolis (cabur bulung), yaitu suatu perkawinan antara dua orang yang belum cukup umur (anak-anak) yang hanya bersifat simbolis saja. Dengan alas an untuk menghindarkan malapetaka bagi salah satu pihak, yang diketahui dari suratan tangan, mimpi atau petunjuk dari dukun. Atau karena seorang diantaranya sakit.
Proses perkawinan seperti ini sama seperti perkawinan biasa, akibatnya apabila salah seorang pada kemudian hari ingin kawin dengan orang lain, mengharuskan nya untuk:
a. Memberitahukan kepada pihak lainnya.
b. Kalau pihak perempuan ingkar, maka ia harus mengembalikan uang jujuran tempo dulu.
c. Kalo pihak pria yang ingkar, maka ia kehilangan uang jujuran yang telah diserahkannya tempo dulu.
Pelaksanaan perkawinan gantung ada kalanya juga didasari keinginan kedua belah pihak keluarga, agar setelah mereka besar/dewasa benar benar menjadi suami istri.
Berdasarkan kedudukan yang kawin terhadap saudaranya sendiri yang belum/sudah kawin, maka di kenal perkawinan biasa yaitu bila yang kawin itu tidak mendahului kakak-kakaknya untuk berkawin dan perkawinan nuranjang (ngelangkah), yaitu bila seorang/kedua-duanya yang kawin mendahului kakaknya untuk kawin. Dalam hal demikian, untuk menjaga agar yang diilangkahi kawin, jiwa (tendi)nya tidak merasa terganggu, maka bagi adik yang mendahuluinya kawin diwajibkan oelh adat untuk membayar utang (nabei) sebagai mohon doa restu.
Berdasarkan jauh dekat nya hubungan kekeluargaan dari yang berkawin, maka di kenal 4 jenis perkawinan yakni :
a. Pertuturken
b. Erdemu Bayu
Perkawinan merkat senuan adalah suatu perkawinan yang dilangsungkan antara seorang laki-laki seorang dara, putri puang kalimbubunya. Perkawinan ini biasanya sangat dihindarkan dan umumnya hanya terjadi dalam hal-hal tertentu saja seperti :
1) Kalimbubu (putranya) tidak mengawini putrid dari puang kalimbubu itu.
2) Kalimbubu tidak mempunyai istri untuk dikawini, maka untuk menghindarkan putusnya hubungan kekeluargaan diadakanlah perkawinan merkat senuan.
3) Kalimbubu tidak memiliki putra untuk mengawini putrid kalimbubunya atau puang kalimbubu dari silaki-laki yang mengawini dara itu.
d. La Arus
Perkawinan La arus Adalah perkawinan antara laki-laki dan perempuan menurut adat terlarang seperti mengawini turang, turang impal atau putri anak beru. Untuk terlaksananya perkawinan itu harus ada sanksi adat, seperti terjadi pada rumah empat tunduk di Kuta Buluh. Dimana ia mengawini beru kembaren dari paya enggugung dan karenanya tidak boleh menjadi sebayak di Kuta Buluh. Sebelum Runggu maba belo selembar dimulai, terlebihdahulu diadakan acara nabei ngobah tutur (wawancara dengan Jakup Sebayang dan Peringaten Peranginangin)
Ditulis ulang dari buku : ADAT KARO,Darwan Prinst, SH, 2008, Bina Media Perintis
Rabu, 17 Agustus 2016
Upacara Kelahiran Pada Masyarakat Karo
1. Pendahuluan
1. Aditia
2. Suma Pultak
3. Nggara telu wari
4. Budaha
5. Beraspati pultak
6. Cukera enem berngi
7. Belah naik
8. Aditia Naik
9. Suwa siwah
10. Nggara sepuluh
11. Budaha ngadep
12. Beraspati tangkep
13. Cukera lau
14. Belah Purnama
15. Tula
16. Suma cepik
17. Nggara enggo tula
18. Budaha Gok
19. Beraspati sepuluh siwah
20. Cukera duapuluh
21. Belah turun
22. Aditia Turun
23. Suma
24. Nggara si mbelin
25. Budaha Medem
26. Beraspati medem
27. Cukara mate
28. Mate bulan
29. Dalin Bulan
30. Sami rasa
3. Dumbarat.
4. Tangkal
5. Petelayoken
daftar bacaan :
1. Romer, Dr. 1908 : Bijdrage tot de Geneeskunst der Karo-Bataks. T.B.G deel 50; pp 205-287
2. Tambun, P. 1952 : Adat Istiadat Karo, Jakarta, Balai Pustaka.
Sumber : Prof. DR. Henry Guntur Tarigan : Percikan Budaya Karo, diterbitkan oleh yayasan Merga silima, dicetak oleh PT. Kesaint Blanc Indah Corp.